SMK N 3 Purbalingga Tidak Terima ‘Titipan Partai’

Bupati Bahas SMK 3 Purbalingga 1

PURBALINGGA,  Bupati Sukento Rido Marhaendrianto meminta Kepala SMK Negeri 3 Purbalingga beserta jajarannya berani menolak siswa ‘titipan partai’ jika memang tidak memenuhi kriteria yang disyaratkan. Sehingga, siswa miskin yang benar-benar membutuhkan dan memenuhi kriteria, tidak terzalimi.

“Apalagi jika memang disyaratkan kesehatan fisik yang baik dan tidak memiliki penyakit menahun. Jangan sampai, karena tekanan partai, siswa yang punya penyakit menahun tetap diterima. Karena jika terjadi sesuatu di kemudian hari, akan menjadi tanggung jawab siapa lagi?” tuturnya saat memimpin Rapat Koordinasi Persiapan Penerimaan Siswa Baru SMK Negeri 3 Purbalingga di Ruang Rapat Bupati Gedung B Setda, Senin (14/4).

Sukento juga ingin menghilangkan julukan ‘Dhuafa’ yang melekat pada SMK Negeri 3 Purbalingga. Sebab, menurut saran berbagai pihak, istilah ‘SMK Dhuafa’ akan memberikan efek psikologis yang kurang baik bagi anak didik.

“Istilah Dhuafa, saya pribadi coret! Jadi mohon, jangan disebut lagi SMK Dhuafa, sebut saja langsung SMK Negeri 3 Purbalingga!” tegasnya.

Di dalam rapat yang dihadiri Kepala Dinas Pendidikan, Inspektur Inspektorat, Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Bappeda dan Kepala SMK Negeri 3 Purbalingga beserta stafnya, Sukento meminta agar penanganan SMK Negeri 3 Purbalingga ini benar-benar serius dan profesional. Anak-anak ini, kata dia, dari keluarga yang secara ekonomi sangat-sangat di bawah. Mereka sekolah dan berasrama di SMK Negeri 3 Purbalingga ini, dengan harapan agar kehidupannya kelak jauh lebih baik.

“Maka, jangan seperti air mengalir. Kita harus upayakan sungguh-sunggu agar mereka ‘laku dijual’ dan memiliki daya saing. Jangan sampai, setelah mereka lulus, tidak ada arahan untuk melanjutkan kemana atau disalurkan kemana. Mereka nanti akan stres mendapati kenyataan tak seindah harapan,” tegasnya.

Terima Siswa Reguler

Berbeda dengan tahun perdana, di tahun kedua ini, SMK Negeri 3 Purbalingga ini tak hanya menerima siswa dari keluarga miskin untuk tinggal di asrama (boarding). Tapi juga menerima siswa reguler dari keluarga non miskin. Khusus untuk boarding, jurusan yang diambil melanjutkan yang sudah ada, yakni Jurusan Pengelasan. Sedang untuk siswa reguler, tersedia Jurusan Permesinan.

“Ada empat kelas, dua kelas untuk siswa boarding dengan jurusan pengelasan, dan dua kelas untuk siswa reguler dengan jurusan permesinan,” jelas Kepala SMK Negeri 3 Purbalingga, Juwani.

Menurut Juwani, persyaratan untuk calon siswa boarding jauh lebih ketat dari siswa reguler. Selain harus dari keluarga yang benar-benar tidak mampu, calon siswa boarding juga harus memiliki fisik dan riwayat kesehatan yang baik serta memiliki jaminan kesehatan seperti jamkesmas.

“Pengalaman tahun sebelumnya, kami mengeluarkan banyak sekali biaya untuk anak-anak yang berpenyakit kulit menahun. Mau tidak mau kami harus bertanggung jawab, padahal anggaran kami masih sangat terbatas,” keluhnya.

Selain rekomendasi kesehatan dari dokter berwenang, para calon siswa boarding juga menghadapi seleksi kesehatan dan fisik. Tes kesehatan meliputi tes jantung, paru-paru, kulit, mata, telinga dan ginjal. Sementara untuk tes fisik berupa lari lintasan 1.500 meter dan push up selama dua menit. Disinilah, kondisi kesehatan dan fisik tidak akan bisa dimanipulasi.

“Untuk informasi penerimaannya akan kami sebarluaskan secara terbuka, baik secara on line maupun brosur dan selebaran. Kami juga akan berkirim surat ke semua SMP dan MTs. Pendaftaran juga bisa berupa on line dan off line sehingga semua transparan dan murah,” paparnya. (cie)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *