Pagelaran Wayang Kulit Akhiri Rangkaian HUT PGRI
PURBALINGGA, INFO- Selesai sudah rangkaian peringatan HUT (Hari Ulang Tahun) PGRI (Persatuan Guru Repbulik Indonesia) ke-72 Kabupaten Purbalingga. Berbagai perhelatan telah dilaksanakan mulai dari seminar nasional pendidikan untuk seluruh guru, seminar nasional pendidikan untuk para guru PJOK(Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan), seminar untuk guru Pendidikan Agama Islam, Rehab Rumah Tidak Layak Huni(RTLH) dan yang terakhir adalah tasyakuran pesta rakyat pagelaran wayang kulit.
Pagelaran wayang kulit yang diselenggarakan di aula gedung PGRI Kabupaten Purbalingga Sabtu malam (25/11) itu dihadiri dan dibuka oleh Bupati Purbalingga H. Tasdi, SH, MM dan didampingi oleh beberapa pimpinan OPD(Organisasi Perangkat Daerah). Dalam sambutannya, Tasdi mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya untuk para guru di Kabupaten pubalingga atas komitmennya menguatkan karakter anak didik.
“Di era yang rentan dengan degradasi moral ini, saya berterima kasih dengan para guru di Kabupaten Purbalingga yang berkomitmen membangun dan menguatkan karakter. Sehingga tumbuh kembang anak didik lebih beradab lagi,” kata Tasdi.
Pada kesempatan tersebut, Tasdi juga mendoakan para guru di Kabupaten Pubalingga agar bekerja secaa ikhlas, cerdas. Tak hanya sampai disitu, Tasdi pun mendoakan agar kesejahteraan para guru selalu menjadi pioritas pemerintah di tahun-tahun yang akan dating. Dia juga berharap agar anak para guru meraih kesuksesan dan ikut berkontribusi membangun bangsa.
Pagelaran wayang kulit dimanfaatkan betul oleh PGRI Kabupaten Purbalingga untuk melestarikan kebudayaan yang mulai ditinggalkan generasi muda ini. Keprihatiinan para guru di Kabupaten Purbalingga karena pudarnya nilai budaya asli Indonesia mendorong PGRI Kabupaten menyelenggarakan pagelaran wayang kulit tersebut. Hal tersebut juga mendapat apresiasi dari Bupati Tasdi dengan menyebut budaya asli Indonesia harus tetap dijaga dan dilestarikan agar generasi muda tidak kehilangan identitas bangsanya.
“Saya mengapresiasi setinggi-tingginya kepada PGRI Kabupaten Purbalingga yang mau nguri-uri(menjaga) kebudayaan seperti pagelaran wayang pada malam hari ini,” katanya.
Pagelaran wayang kulit tersebut dibawakan oleh dalang Ki dalang Kukuh Bayu Aji yang berduet dengan sang anak Bima Setya Aji dan mengambil lakon(judul) “Ganjaran Gatot Kaca”. Antusiasme warga sekitar gedung PGRI Purbalingga patut diacungi jempol karena di era yang mengedapnkan modenitas ini masih ada komunitas warga masyarakat yang menyukai pagelaran budaya seperti wayang kulit. Padahal pagelaran wayang kulit tersebut diadakan tak jauh dari jantung kota Purbalingga.
Digabungkannya kebudayaan ke dalam elemen kementerian pendidikan(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) kembali membuat pelesterian kebudayaan menjadi semakin mudah karena pendidikan dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan. Hal tersebut disampaikan ketua PGRI Kabupaten Purbalingga Sarjono, S.Pd, M.Si dalam sambutannya di depan ratusan pengunjung yang memadati aula PGRI Pubalingga.
“Ketika dulu elemen kebudayaan dipisah dengan pendidikan, para guru merasa kesulitan untuk mensosialisasikan kebudayaan. Namun setelah kebudayaan dikembalikan kepada ibu kandungnya(pendidikan) kebudayaan menjadi lebih diperhatikan,” pungkas Sarjono.(LL)