Guru PAI Diharapkan Menjadi Fondasi Penguatan karakter
PURBALINGGA, INFO – Degradasi moral merupakan salah satu isu yang mendapat pemerintah. semangat revolusi mental yang dicanangkan Presiden Joko Widodo yang dituangkan dalam PerPres(Peraturan Presiden) no 87 tahun 2017 tentang penguatan karakter menjadi bukti negeri ini dalam darutat karakter khususnya untuk generasi muda. Isu tersebut ternyata direspon oleh guru Pendidikan Agama(PAI) kabupaten Purbalingga dengan menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Disiplin dan Etos Kerja Guru PAI untuk Penguatan Pendidikan karakter”
Seminar yang diikuti oleh 600 guru PAI dari SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA ini mengundang dua narasumber sebagai pemateri. Yang pertama adalah H. Achmad Muhdir, S.Ag, MM Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga dan DR. Muhammad Muchtarom dosen pendidikan agama dari Universitas Negeri Surakarta.
Acara tersebut dibuka oleh Bupati Purbalingga H. Tasdi, S.H, M.M yang didampingi ketua PGRI Purbalingga Sardjono, kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Heriyanto. Dalam sambutannya Tasdi berpesan kepada para guru PAI agar perkataan dan perbuatan selaras. karena guru PAI adalah teladan tak hanya untuk anak didik tetapi juga bagi lingkungan.
“Guru PAI harus menjadi teladan tidak hanya bagi anak didik. Namun juga harus menjadi teladan bagi lingkungan. Antara perkataan dan perbuatan harus sama. Jangan sampai guru PAI justru mengajarkan ketidaksingkronan sehingga penguatan karakter bisa dirasakan oleh semua pihak,”kata Tasdi.
Tasdi juga menegaskan komitmen pemerintah kabupaten Purbalingga membangun karakter dari segi agama. Sebagai contoh menggalakan shubuh berjamaah, tahajud berjamaah bagi para ASN saat bulan ramadhan lalu, Bupati nyantri dan program relijius lainnya. Tasdi menutup sambutannya dengan memotivasi para guru PAI agar bekerja secara ikhlas dan diniatkan sebagai suatu bentuk ibadah.
Pemateri pertama dalam acara seminar tersebut H. Muhdir mengatakan guru PAI jangan hanya berharap kepada tunjangan dan gaji dalam mengajar. Namun harus disertai niat yang lurus dan ikhlas membentuk karakter bangsa yang sekarang sedang mengalami keterpurukan moral. Muhdir pun berpesan agar guru PAI menjadi fondasi awal dalam pembentukan dan penguatan karakter.
“Diperhatikannya kesejahteraan guru oleh pemerintah jangan lantas membuat guru khususnya guru PAI bekerja santai. Guru PAI harus menjadi fondasi awal penguatan karakter bangsa dan jangan hanya bekerja mengharapkan imbalan,”ujar Muhdir.
Muhdir menambahkan penguatan karakter kepada anak didik mutlak dikuasai oleh para guru PAI karena di zaman globalisasi ini, budaya asing yang tidak sesuai dengan kultur bangsa Indonesia semakin deras masuk melalui teknolgi. Peran serta dan sinergitas antara guru PAI dan PGRI harus seirama sehingga percepatan penguatan karakter semakin mencapai sasaran.
Pemateri kedua DR. Muhammad Muchtarom menambahkan penguatan karakter yang dilakukan oleh guru PAI harus dikuatkan dengan kompetensi religius. Dosen agama Islam yang juga Kepala Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan ini mengatakan guru PAI harus menjadi teladan dengan memberikan contoh ketepatan waktu beribadah.
Muchtarom juga mengatakan pendidikan karakter tidak bisa dilakukan oleh guru saja. harus ada Integrasi Tri Pusat Pendidikan(ITPP) yang diantaranya penguatan karakter di sekolah, di masyarakat dan di keluarga. Apabila ketiga elemen itu telah bersinergi dengan baik, pendidikan karakter akan lebih mudah dan cepat mencapai target.
Menghadapi anak didik pada generasi milenial yang melek teknologi membutuhkan suatu cara yang harus dikuasai oleh guru khususnya guru PAI. Guru PAI harus memantau betul apa yang anak didik setiap hari buka di internet. Informasi yang tak terbatas di masa sekarang adalah sesuatu yang rawan bagi anak didik.
“Bapak ibu guru juga harus melek internet. Anda juga harus tahu apa yang sedang menjadi trend pada anak didik anda. Jangan sampai di era yang serba cepat dan terbatas ini anak didik terjerumus pada hal yang buruk,” pungkas Muchtarom. (L/PI-2)