Minat Jadi Kepala Dinas Pendidikan, Tak Perlu ‘Amplop’
PURBALINGGA – Bupati Drs H Sukento Rido Marhaendrianto MM menjamin dia tak akan menerima ‘amplop’ berikut isinya (uang-red) dari orang-orang yang berminat menjadi Kepala Dinas Pendidikan. Bupati juga menyangkal jika pihaknya menerima potongan dana sertifikasi para guru.
“Kalau para guru berinisiatif sendiri dan ikhlas dana sertifikasinya dipotong, berikan saja kepada orang yang lebih membutuhkan. Insya Allah lebih bermanfaat daripada dititipkan di rumah dinas saya,” tegasnya diikuti riuh tepuk tangan ratusan guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) dalam kegiatan Pembinaan Iman dan Takwa di Gedung Kongkwan, Rabu (20/8).
Menurut Bupati , apa yang disampaikannya itu sebagai bentuk komitmen dirinya merealisasi reformasi brokrasi melalui Purbalingga EMAS, yakni pada poin manajemen yang baik. Hal ini sejalan juga dengan Visi Misi Jawa Tengah yang sering didengung-dengungkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Bupati juga mengisahkan kejadian Selasa kemarin (19/8) dalam Acara Rapat Paripurna dalam rangka Pengucapan Sumpah / Janji Anggota DPRD Kabupaten Purbalingga Periode 2014-2019. Saat dirinya membacakan Sambutan Gubernur Jawa Tengah yang mengkritisi perilaku korupsi anggota Dewan baik di tingkat Pusat hingga kabupaten/kota, seisi ruangan rapat berseru riuh.
“Saya kan hanya membacakan naskah Sambutannya Pak Ganjar. Tapi, apa yang beliau katakan secara tertulis itu, menurut saya, ada benarnya. Itu sebagai pembelajaran bagi kita, agar tidak ikut-ikutan berbuat sesuatu yang jelas-jelas salah,” ujarnya lagi.
Belajar dari Kesalahan Puntadewa
Bupati lalu mengutip kisah pewayangan. Sebagai seorang pemimpin, atau orang yang diberi amanah, siapapun memang harus hati-hati bertindak jangan secuilpun tergoda untuk melakukan kesalahan, apapun alasannya. Hal ini sebagaimana kesalahan yang pernah dilakukan Putadewa atau Yudistira, yang menyanggupi tantangan Sengkuni, bermain judi.
“Puntadewa itu pemimpin yang baik dan pantas jadi teladan. Tapi, dia sempat melakukan kesalahan fatal, bermain judi dengan Sengkuni, yang mengakibatkan keburukan yang menimpa dirinya, keluarganya termasuk istrinya, Drupadi, saudara-saudaranya para pandawa serta rakyat dan Negara Amarta. Jadi, meski lurus dan baik, seklai berbuat salah bisa fatal,” jelasnya.
Kisah Pewayangan itu menurut Bupati seharusnya menjadi pelajaran, agar kita jangan sekalipun melakukan kesalahan secara sengaja. Meski kita selama ini termasuk orang yang baik, berkinerja baik, namun satu kesalahan bisa merusak segalanya. Termasuk, dalam hal ini dan yang sering terjadi di masa sekarang, tentu saja kasus korupsi. (Estining Pamungkas)