Pengukuhan Dewan Pendidikan
Ketua Dewan Pendidikan Trisnanto Sri Hutomo BE SPd mengakui masih banyak warga masyarakat Purbalingga yang belum memahami apa itu Dewan Pendidikan. Bahkan, tidak sedikit para guru dan kalangan pendidik lainnya yang tidak paham.
“Pernah waktu itu kami monitoring ke sekolah, sampai sana kita disambut dengan tidak baik. Dianggap seperti orang ilang. Malah ada guru yang bertanya,’Dewan Pendidikan Niku Sih Napa, Pak?” ujar Trisnanto usai dikukuhkan bersama 10 pengurus Dewan Pendidikan lainnya oleh Wakil Bupati Drs H Sukento Ridho Marhaendrianto MM, Kamis (23/5) di Pendopo Dipokusumo.
Seperti diketahui, Trisnanto ditetapkan menjadi ketua dari hasil musyawarah 11 pengurus Dewan Pendidikan hasil seleksi administrasi dan tes wawancara 11 Pebruari lalu. Trisnanto yang juga Ketua Kwarcab Pramuka Purbalingga, termasuk pengurus Dewan Pendidikan periode sebelumnya.
Trisnanto mengamati semakin lama anak-anak bersekolah bukan bertujuan untuk pintar, tapi sekadar untuk mengejar nilai semata. Kondisi ini terjadi karena nilai menjaid satu-satunya indicator keberhasilan sebuah sekolahan dan pendidikan di sebuah daerah.
“Ini memang masalah nasional. Tapi kita di daerah seharusnya berani merubah paradigma. Biarkan anak-anak belajar untuk pintar secara jujur, meskipun nilainya tidak bagus atau bahkan tidak lulus. Harus berani. Daripada nilai dikatrol-katrol tapi sebenarnya anak tidak paham, dan tidak pintar,” paparnya.
Trisnanto mengaku prihatin dengan para pelaku pendidikan yang belum bisa menempatkan diri sebagai pendidik. Adanya pendidik atau komite yang justru berjualan buku membuktikan sebenarnya proses pendidikan tengah berbelok arah dari tujuan.
“Pekerjaan Rumah kita sangat banyak. Mulai dari mengontrol tindak tanduk para pendidik, jalannya kurikulum dan bahkan meningkatkan angka partisipasi. Karena banyak anak yang memilih ngidep daripada sekolah,” paparnya. (Humas/cie)