3 siswa SMKN 1 Purbalingga Raih Prestasi Nasional


Ide kreatif muncul dari 3 siswa SMKN 1 Purbalingga, yakni Gunawan, Wahyu Fajaruloh dan Desinta Putri Nabita. Mereka menciptakan tempat sampah otomatis yang dapat membuka sendiri saat ada orang hendak membuka sampah dan mengunci saat kondisi penuh. Alat tersebut mereka namai dengan Notification System of Trash Condition (NOIS) atau sistem pemberitahuan kondisi tempat sampah. Inovasi ini membawa mereka meraih Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah SMA/Sederajat dalam Pekan Ilmiah Fisika XXVII tingkat Nasional Tahun 2017. Lomba tersebut diselenggarakan oleh Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada 11-12 November lalu. Menurut Wahyu Fajaruloh selaku ketua tim perancang, ide ini muncul dari masalah sampah yang seringkali tetap berserakan sekalipun tersedia banyak tempat sampah. Selain itu juga masih sering terjadinya tempat sampah tumpah baik disengaja ataupun tidak. “NOIS ini sifatnya robotik dan otomatis sehingga diharapkan mampu menarik orang untuk membuang sampahnya di disini, sehingga tidak lagi sembarangan membuang,” kata siswa kelas XII Jurusan Teknik Komputer Jaringan ini, 15 November 2017 lalu. Tidak cukup hanya membuka-tutup dan mengunci secara otomatis, alat ini juga akan memberi notifikasi kepada petugas sampah saat tempat sampah ini sudah penuh dan perlu untuk dikosongkan kembali. Notifikasi tersebut berupa SMS ke ponsel petugas. “Untuk membuka kunci tempat sampahnya, petugas perlu mengetik password pada keypad numerik yang tertempel,” sambung Gunawan dan Desinta. Mereka juga menerangkan, secara teknologis alat ini menggunakan komponen arduino nano, sensor ultrasonic hc-sr04, sensor passive infrared hc-sr501, motor servo, keypad 4×4 dan sim 800l. Sensor yang tadinya mampu mendeteksi gerakan manusia hingga jarak 5 meter, mereka modif diperpendek jadi 30 cm. Untuk membuat alat ini membutuhkan perjuangan yang tidak mudah bahkan trial and error berkali-kali, terutama pada komponen arduino nano dan dua sensor lain. Padahal komponen tersebut sulit dicari dan harus memesan dari Surabaya. “Kami juga sempat bingung cara membuat mekanis engsel dari motor penggerak untuk membuka tutup. Sehingga sempat kami konsultasikan ke tukang knalpot yang biasa memodifikasi plat, akhirnya berhasil,” kata Wahyu kembali menerangkan. Meski demikian, mereka mengakui masih adanya kekurangan pada alat inovatif ini. Diantaranya harus menggunakan baterai yang tentunya perlu melalui proses charging; kelemahan kedua, tempat sampah ini masih universal atau belum bisa melakukan pemilahan sampah organik maupun anorganik; kelemahan ketiga, komponen elektronika yang dibutuhkan cenderung tidak mudah didapat. Sementara itu guru pembimbing ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja SMKN 1 Purbalingga, Sri Endah Swarastika, SPd merasa bersyukur anak didiknya telah meraih prestasi tersebut. Prestasi ini akhirnya berhasil diraih setelah dua kali gagal pada tahun-tahun sebelumnya. “Tahun 2015 lalu kami gagal saat pembuktian alatnya, tahun 2016 gagal di seleksi naskahnya. Akhirnya tahun ini kami berhasil memenangkan dalam persaingan dengan 66 finalis se Indonesia,” katanya. Dalam memilih siswa untuk mengikuti perlombaan tersebut, menurut Sri bukan berdasarkan keunggulan nilai akademis, melainkan kekompakan tim. Beberapa siswa yang ikut ekstrakulikuler KIR ia bentuk 7 kelompok dan masing masing kelompok diberi tantangan membuat karya. “Lalu kelompok yang berhasil menyelesaikan tantangan tersebut sampai dengan deadline itulah yang dipilih,” katanya. Proses bimbingan berlangsung, mulai dari motivasi dari salah satu alumni yang berhasil meraih prestasi robotik tingkat internasional. Selain itu juga fasilitasi ketersediaan alat dan komponen serta bimbingan penulisan naskah. Persiapan perlombaan berlangsung 1 bulan, diantaranya 2 pekan mempersiapkan naskah KTI, dan dua pekan mempersiapkan alat/produk terapan.(ganda kurniawan

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *